Selasa, 07 April 2015

Musim






Aku setaramu, kamu memandang lembut bagian paling sensitifku.. Lensa penaku..
Aku setaramu, menyentuh inti dalam sel otak, ingatanku..
Aku setaramu, di ingatanku kamu meninggalkan jejek nafasmu
Aku masih setara dengan keindahanmu, aku puisi pelukis sejukmu..
Setaraku mengagumimu, bagai daun yang digugurkan musim..
Aku penikmat pergantian musim dalam parasmu,
dan hatiku tetap membualiku untuk menulis sajak ini hingga daun terakhir jatuh ke bumi..
Untukmu..
















Yogyakarta, 8 April 2015